Diskriminasi Terang-terangan! Bonus Emas Atlet Peparnas Sulteng Jauh Dibawah Kesetaraan

SPORT SULTENG588 Dilihat

Palu, sportZet – Kekecewaan mendalam dirasakan para atlet disabilitas Sulawesi Tengah yang telah berjuang dan mengharumkan nama daerah dalam ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2024 di Solo.

Di ajang Peparnas 2024, Kontingen Sulteng meraih 2 medali emas yang mengantarkan provinsi ini masuk peringkat 20 besar.

Penyerahan bonus secara simbolis telah diserahkan pada 23 Desember 2024 di Pogombo, Kantor Gubernur Sulteng. Seremonial penyerahan bonus Kadispora Sulteng Drs Irvan Aryanto, Ketua NPCI Sulteng, Forkopimda diantaranya dari Polda, Kajati dan juga Korem 132 tadulako dan Lanal Palu serta atlet dan oficial yang berangkat ke Peparnas Solo.

Penyerahan bonus atlet Peparnas 2024 berama Forkopimda

Hingga kini, bonus yang dijanjikan Dinas Pemuda dan Olahraga Sulteng belum juga diterima. Bahkan, terungkap bahwa anggaran untuk bonus tersebut tidak masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun ini.

Bonus yang seharusnya menjadi bentuk apresiasi nyata bagi para atlet tersebut belum terealisasi. Hal ini semakin menambah rasa kecewa, apalagi besaran bonus yang dijanjikan jauh dari angka yang diterima atlet PON.

Atlet disabilitas peraih emas Peparnas 2024 hanya dijanjikan bonus sebesar Rp70 juta, sedangkan pelatihnya menerima Rp30 juta. Angka ini sangat jauh dari bonus yang diterima atlet PON, peraih medali emas mendapatkan Rp500 juta dan pelatihnya Rp65 juta.

Gubernur Sulteng H Rusdy Mastura bersama KONI dan Dispora serta pelatih cabang olahraga peraih medali emas PON XXI-2024 pada penyerahan bonus di Rujab Gubernur Sulteng, Senin 25 November 2024

Kesenjangan yang begitu besar menimbulkan perasaan tidak dihargai dan diperlakukan tidak setara.

Zuhria, atlet para tenis meja yang telah menyumbangkan medali emas untuk Sulteng di Peparnas 2024 Solo dan Peparnas 2021 Papua, jelas sekali kecewa.

Atlet asal Tolitoli ini menganggap pemerintah provinsi Sulteng melihat sebelah mata atlet disabilitas.

Padahal, perjuangan atlet disabilitas Sulteng tidak kalah hebat dengan atlet PON. Di ajang Peparnas, kontingen Sulteng meraih 2 medali emas. Sementara atlet PON meraih 8 emas.

Perlu diketahui PON dan Peparnas adalah multi event yang sama dan multi event olahraga tertinggi bagi atlet normal maupun disabilitas.

“Selama ini saya berpikir sudah berharap paling tidak, tidak usahlah setara (dengan PON) paling tidak dibawah Rp500jt. Tapi ini sangat kecewa saya melihat pas dibilang Rp70 juta Ya Allah,” ungkapnya Jumat, 27 Desember 2024.

Zuhria mengaku harus mengorbankan banyak hal, termasuk waktu bersama keluarga dan kebutuhan anak bungsunya yang masih menyusu, demi mengikuti pelatihan dan pertandingan pun dengan biaya mandiri.

“Tapi selama ini pemerintah hama hanya melihat sebelah mata dengan perjuangan kami. Dia tidak pikir saya ini sudah mengorbankan ASI, saya sudah ganti dengan susu formula,” ujar Zuhria.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *