Palu, sport-Z – Dunia olahraga Sulawesi Tengah (Sulteng) kembali diguncang dengan kabar mutasi besar-besaran sejumlah atlet dayung andalannya ke Provinsi Jawa Timur.
Mutasi ini dilatari kekecewaan terhadap ketidakjelasan program pembinaan atlet cabang olahraga (cabor) unggulan di Sulteng, khususnya cabor dayung.
Tak hanya persoalan program, faktor kesejahteraan dan ketidakpastian dana pembinaan juga menjadi alasan utama para atlet memilih hengkang.
Padahal, cabor dayung telah menjadi salah satu andalan Sulteng yang konsisten mengharumkan nama daerah di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak era 1990-an.
Beberapa nama besar yang memutuskan untuk mutasi antara lain adalah mantan atlet pelatnas Riski Umar dan Ahmad Tarmizi. Keduanya dikenal sebagai pilar utama tim dayung Sulteng.
Selain itu, atlet senior lainnya Mirwan Bridgus Kotu dan Juan Felix yang baru saja menyumbang medali perunggu untuk Sulteng di PON 2024 Aceh-Sumut, juga turut serta dalam gelombang kepindahan ini.
Roy Fitrawan, yang turun di nomor senior, serta dua atlet putri, Cinta Kristiani Pelule dan Gavra Gavriela, turut mengajukan mutasi ke Jawa Timur.
Pelatih dayung Hanes yang sempat dikonfirmasi membenarkan bahwa sentuhan yang dibutuhkan ialah pembinaan atlet yang harus menjadi perhatian pemerintah.
Selama ini pembinaan atlet dayung Sulteng dilakukan secara mandiri baik pribadi pelatih, pengprov serta sumbangsi pihak lain.
“Dayung itu cabor yang effort-nya tinggi, butuh disiplin, latihan yang terukur, dan dukungan penuh dari pemerintah,” ujar pelatih dayung Sulteng, Hanes, saat dikonfirmasi sebelumnya.
Kepindahan atlet dayung ini juga mendapat persetujuan dari KONI Sulteng serta dari Pengprov PODSI Sulteng.