PALU, sportz.id – Sulteng dipastikan tidak memiliki wakilnya di cabang olahraga bulutangkis pada PON 2024 mendatang. Anak-anak Sulteng tersingkir pada babak penyisihan pada Babak Kualifikasi PON 2024 Zona VI yang digelar di GOR Bulutangkis Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, pada 19 Agustus 2023.
Kegagalan kali ini memperpanjang rekor PBSI Sulteng selama 20 tahun atau lima kali berturut-turut gagal tampil di PON sejak terakhir kali ikut PON 2004.
Pada BK PON cabor paling bergengsi di tanah air ini, tim putra putri Sulteng menghadapi lima provinsi se Sulawesi, yang dibagi dua pool. Tim putra menghadapi jagoan dari Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Sedangkan tim putri menghadapi provinsi Gorontalo dan Sulawesi Selatan.
Pelatih bulutangkis Sulteng Yordan Zico, mengakui atlet Sulteng minim pengalaman, mental dan jam terbang.
“Faktornya jam terbang dan pengalaman, sehingga atlet kita tidak bisa melangkah ke babak berikutnya. Kita berjuang sudah maksimal, meski hasilnya kurang memuaskan,” ujar Yordan Zico.
Pada BK PON 2024, atlet putra yang memperkuat Sulteng adalah Kaka Raihansyah,Ronald P Babo, Steven P Babo, M Fadel A Daud, Andi Maftuh Arasy dan Reza Hizkia Wijaya. Sementara atlet putri yaitu Dian Maghfirah, Tri Zaskia, Evelyn Fransisca Tuyu, Raischa Putri Sanara dan Aulia Syahrina Azzahra.
Kaka Raihansyah Atlet Masa Depan Sulteng
HADIRNYA Kaka Raihansyah, atlet SKO Ragunan Jakarta, sedikit memberi andil perlawanan beregu putra Sulteng saat menghadapi beregu putra Sulut pada partai perdana. Menggunakan sistem pertandingan Sudirman, Kaka memberikan 1 poin atas Sulut dengan skor 4-1.
Kaka berhasil mengatasi tunggal putra Sulut Nathaniel Breyfi Tangkilisan dengan skor 2-1 (16-21 21-9 21-16). Sayangnya, kemenangan kaka tidak diikuti dua tunggal putra Sulteng M Fadel Daud dan Ronald P Babo. Keduanya kalah straight set. Begitupun juga sektor ganda putra pasangan , juga kalah straight set.
Kaka juga memberikan 1 poin saat meladeni tuan rumah Sulsel. Meski Sulteng kalah 4-1 atas Sulsel.
Di usianya yang baru 16 tahun, Kaka punya kesempatan memperkuat Sulteng empat tahun mendatang persiapan PON 2028 yang akan digelar di Provinsi NTB dan NTT. Dengan catatan, PBSI Sulteng harus punya persiapan yang matang mempersiapkan atlet sekelas Kaka Raihansyah.
Ketua Umum PBSI Sulteng Ir Gufran Ahmad mengakui, persiapan yang kurang maksimal menghadapi BK PON 2024.
Menurut Gufran, bulutangkis yang menerapkan batasan usia maksimal 21 tahun saat PON, mengharuskan PBSI Sulteng menyiapkan atlet sejak usia dini. Pembinaan yang berjenjang dari usia pemula, anak-anak, remaja, taruna, dan dewasa (19 tahun ke atas) yang sudah siap pakai.
Sejalan dengan garis pembinaan PBSI Pusat, bahwa usia 21 tahun pada PON dimaksudkan agar atlet buluatngkis tampil di PON adalah atlet binaan daerah. Hal ini juga dimaksudkan untuk memassalkan atlet bulutangkis dari daerah yang siap menjadi atlet nasional.
“Perlu tambahkan bahwa kita Sulteng tidak mau menaturalisasi pemain , kami ingin anak-anak Sulteng yang harus dibina dan dilatih, karena ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Pun sama PBSI provinsi lain membina atlet daerah masing-masing, Cuma model pembinaannya ada yang dititip di PB atau sebaliknya. Intinya yang pembinaannya bagus akan menhasilkan atlet yang bagus,” ujar Gufran.
Berkaca dari BK PON, Kaka adalah atlet asal Wani yang tumbuh dari pembinaan bulutangkis di Makassar dan ditunjang dengan sekolah di SKO Ragunan. Sejak usia remaja, Kaka sudah melanglang buana mengikuti series sirkuit nasional dan berbagai kejuaraan kelompok umur di Jawa.
Olehnya, menghadapi BK PON 2028, PBSI Sulteng menyiapkan minimal tujuh atlet putra selevel Kaka Raihansyah, dan tujuh atlet putri yang levelnya paling tidak pernah menjuarai even Sirnas kelompok umur.
GOR Siranindi Perlu Dibereskan dan Dijadikan Sentra Pemusatan Latihan Bulutangkis
GUFRAN AHMAD mencanangkan GOR Siranindi akan dipakai sebagai sentra pemusatan latihan bulutangkis Sulteng. Namun bengkalai soal sengketa tanah, memaksa PBSI Sulteng tidak jadi mengimprovisasi GOR milik pemerintah tersebut.
Sewaktu dilantik 2022, Gufran mengatakan, setelah diserahkan pengelolaannya kepada PBSI, GOR Siranindi akan diubah menjadi role model GOR yang modern, sportainment dan tentunya lebih hidup menjadikan GOR tersebut sebagai sentra pemusatan bulutangkis Sulteng.
Pada konsepnya, PBSI Sulteng akan mendatangkan pelatih nasional dari PBSI Pusat yang siap melatih anak-anak bulutangkis daerah. Sementara sumber biayanya berasal dari sponsor serta income dari pengelolaan GOR tersebut. Pun atlet yang dibina adalah atlet-atlet dari daerah yang diseleksi.
“Pada prinsipnya setelah BK PON 2024 ini, mesti dibenahi total pembinaan bulutangkis. Tentunya tanggung jawab ini bukan Pengprov semata, mesti ada dukungan dari KONI, Gubernur, DPRD dan Dispora khususnya soal sengketa GOR Siranindi serta persiapan atlet bulutangkis masa akan datang,” ujar Gufran.
BK PON 2024 ini kata Gufran sebagai bahan evaluasi dengan sistem pembinaan yang telah berjalan. Meski dengan persiapan sebulan pemusatan latihan, anak-anak Sulteng belum mampu meladeni Sulsel dan Sulut.
“Di Sulteng, cabor bulutangkis ini pernah melahirkan atlet handal di masa lalu ada Lili Tampi dan berlanjut sampai berkali-kali Sulteng meloloskan atletnya ke PON. Target PBSI Sulteng kedepan bisa melahirkan atlet-atlet nasional,” ujar Gufran. (bar)